Megawati Tak Kuasa Tahan Tangis Ziarah ke Makam Imam Bukhari

BRUNOTHEBANDIT.COM – Megawati Tak Kuasa Tahan Tangis Ziarah ke Makam Imam Bukhari Tak semua perjalanan membawa tawa. Kadang, justru langkah ke negeri jauh mengundang haru yang sulit dibendung. Seperti yang dirasakan Megawati Soekarnoputri saat berziarah ke makam ulama besar dunia, Imam Bukhari. Di tengah nuansa sakral, tangis pun pecah. Bukan sekadar karena sejarah, tapi juga karena makna mendalam dari perjalanan batin seorang tokoh bangsa ke pusara tokoh ilmu.

Langkah Kaki Menuju Negeri Ilmu

Di Uzbekistan, tepatnya di Samarkand, berdiri tenang makam Imam Bukhari, sosok yang namanya terus hidup dalam dunia Islam berkat karya monumental dalam hadis. Ke sana-lah Megawati melangkah. Dalam lawatan resminya, ziarah ini bukan sekadar agenda protokoler. Dari raut wajahnya, terlihat jelas ini lebih dari sekadar kunjungan—ini perjalanan spiritual.

Sejak tiba di kompleks makam, suasana berubah hening. Mata Megawati terus menyapu setiap sisi bangunan, seakan menyerap setiap jengkal sejarah yang tertanam dalam lantai-lantai batu yang dilalui. Tak butuh kata panjang untuk mengerti perasaannya—langkah pelan, senyap, dan akhirnya, isak yang pecah tanpa bisa dicegah.

Tangisan Megawati yang Tak Bisa Ditahan

Saat berada di depan makam Imam Bukhari, air mata Megawati mulai jatuh satu-satu. Tangisnya bukan karena lelah, bukan pula karena protokoler yang ketat. Tapi karena jiwa yang menyentuh ruang waktu, tersentuh oleh warisan keilmuan yang telah bertahan ratusan tahun.

Di hadapan pusara sang perawi hadis, Megawati tampak menunduk dalam. Tangan menggenggam tasbih, mata memejam sejenak. Dalam hati, mungkin ia sedang berbincang dengan sosok yang sudah tiada, namun namanya terus dibaca oleh jutaan manusia setiap hari.

Tangisan itu tak dibuat-buat. Semua orang yang menyaksikan bisa merasakannya. Bahkan delegasi yang menyertainya ikut larut dalam keheningan yang mendalam. Seolah-olah waktu berhenti sejenak di tengah kompleks suci itu.

Baca Juga:  Serasinya Kesamaan Prabowo dan Titiek dalam Isu Pagar Laut!

Momen Haru Megawati yang Bukan Sekadar Seremoni

Megawati memang dikenal sebagai sosok yang tak mudah larut dalam emosi. Namun, ziarah kali ini jadi pengecualian. Banyak orang tak menyangka, ziarah ke makam ulama bisa sedalam itu maknanya bagi beliau.

Tentu saja, nama Imam Bukhari bukan sekadar simbol dalam buku-buku agama. Ia adalah tonggak yang mempertegas nilai kejujuran, ketelitian, dan keteguhan dalam menjaga kebenaran. Bagi Megawati yang hidup di tengah politik, nilai-nilai seperti itu punya makna ganda. Dalam dunia yang sering dipenuhi kepentingan, keteguhan Imam Bukhari seperti nyala obor di tengah malam gelap.

Bahkan setelah keluar dari area makam, Megawati masih terlihat termenung. Ada jeda lama sebelum ia kembali berbicara. Seolah-olah, ia sedang mencerna pelajaran yang baru saja ia terima. Dan kadang, pelajaran paling menyentuh datang bukan dari pidato, tapi dari diam yang mendalam.

Kesimpulan: Ziarah yang Membuka Mata dan Hati

Ziarah Megawati ke makam Imam Bukhari bukan hanya perjalanan ke negeri jauh. Ini adalah perjalanan batin yang membekas dalam jiwa. Tangis yang jatuh di atas pusara itu bukan tanda kelemahan, tapi bukti bahwa jiwa manusia bisa tersentuh oleh keagungan ilmu dan keteladanan.

Perjalanan ini mengingatkan kita bahwa dunia politik sekalipun butuh sentuhan spiritual. Pemimpin bukan hanya soal jabatan, tapi juga soal kerendahan hati untuk belajar, meski dari sosok yang telah wafat ratusan tahun lalu. Dalam dunia yang serba cepat, ziarah ini seperti jeda penting untuk mengingat nilai-nilai yang mendalam. Tangis Megawati jadi pengingat bahwa belajar bisa datang dari siapa saja, dan menyentuh jiwa tak harus lewat pidato panjang. Kadang, cukup dengan diam di hadapan makam seorang ulama besar, dan biarkan hati bicara sendiri.

We would like to show you notifications for the latest news and updates.
Dismiss
Allow Notifications